Langsung ke konten utama

Kebebasan Pers di Asean

Kebebasan Pers ASEAN Mundur
www.asean.org / www.asean.org

Jurnas.com | KEBEBASAN bersuara bagi kalangan pers dan warga negara di negara-negara ASEAN dinilai semakin mengalami kemunduran. Padahal dalam kehidupan demokrasi kebebasan, pers sangat dibutuhkan guna mengawasi kebijakan pemerintah.

"Saya kira isu tersebut besar sekali dan banyak negara masih berjuang untuk mencapai hak kebebasan bersuaranya. Fenomenanya sekarang malah mengalami kemunduran bukannya maju, contohnya Kamboja, Myanmar, Malaysia, dan Thailand. Untuk cakupan Asia, Korea Selatan juga," ujar Direktur Eksekutif Forum Hak Asasi Manusia se-Asia Yap Swee Seng pada Simposium Regional Kriminalisasi Kebebasan Berpendapat se-Asia di Jakarta, Jumat (15/7).

Karenanya Forum HAM Asia perlu memaksimalkan perannya sebagai watch dog guna mendorong pemerintah-pemerintah di ASEAN dalam melindungi hak bersuara pers dan rakyatnya. "Lobi-lobi dan rekomendasi akan dilancarkan sampai setiap negara, berhasil mencapai standar internasional atas kebebasan bersuara," ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, Staff Khusus PBB tentang perlindungan hak kebebasan berpendapat Frank La Rue

menegaskan, pemerintah-pemerintah di ASEAN harusnya sadar kebebasan berpendapat dan memperoleh informasi itu setingkat dengan kebebasan beragama bagi setiap warga negara. Bahkan, setiap pemerintah seharusnya tidak merahasiakan kepada rakyatnya tiap kebijakan yang dibuat.

"Rakyat berhak memperoleh informasi, tidak hanya tentang kebijakan ekonomi dan anggaran, tetapi juga informasi soal alasan perang. Demokrasi tidak akan berjalan tanpa adanya transparansi," katanya.

Penulis: Oscar Ferri

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Sinar Harapan

LINTAS SEJARAH SINAR HARAPAN Sinar Harapan terbit perdana pada tanggal 27 April 1961. Tokoh – tokoh yang terlibat dalam upaya pendirian Sinar Harapan adalah : Dr. Komang Makes; Lengkong; Ds. Roesman Moeljodwiatmoko; Simon Toreh; Prof. Dr. Soedarmo; J.B. Andries; Dr. J. Leimena; Supardi; Ds. Soesilo; Ds. Saroempaet; Soehardhi; Ds.S. Marantika; Darius Marpaung; Prof. Ds. J.L.Ch. Abineno; J.C.T. Simorangkir SH; Ds. W.J. Rumambi; H.G. Rorimpandey; Sahelangi; A.R.S.D. Ratulangi; Dra. Ny. B. Simorangkir Pada awal pendirian, H.G. Rorimpandey dipercaya sebagai Pemimpin Umum, sedangkan Ketua Dewan Direksi adalah J.C.T Simorangkir dan Pelaksana Harian adalah Soehardhi. Pada awalnya (27 April 1961), oplah Sinar Harapan hanya sekitar 7.500 eksemplar. Namun pada akhir tahun 1961, oplahnya melonjak menjadi 25.000 eksemplar. Seiring dengan perkembangan waktu, Sinar Harapan terus berkembang menjadi koran nasional terkemuka serta dikenal sebagai “raja koran sore”. Sebagai ilustrasi, pada tahu

Sejarah Sumatera Ekspres

Sejarah Sumatera Ekspres: http://bukuteje.blogspot.com/2009_02_01_archive.html PENULIS: T Junaidi Sejarah Harian Sumatera Ekspres & 15 Tahun Bersama Jawa Pos Group Detik-Detik Menegangkan di Ruang Redaksi ---------------------------- Lay out & Artistik : T Junaidi dan Hellendri Fotografer : H Dulmukti Djaja Penerbit : PT Citra Bumi Sumatera Percetakan : JP Book ---------------------------------------------------------------------------- I. Kata Pengantar H Suparno Wonokromo (CEO Jawa Pos Indonesia Timur) II. Pengantar (Penulis, T Junaidi) III. DAFTAR ISI 1. Negosiasi Buntu, Hanya Ada Satu Kata MOGOK! 2. Ya Wartawan, Ya Sirkulasi, Ya Advertising 3. ’Hoki’ Era Reformasi 4. Kantor Terburuk di ’Dunia’, Kini Gedung Graha Pena 5. ’Embrio’ Sumeks Menjelma Gurita 6. Sumeks Juara I Perwajahan Jawa Pos Group 7. Wajah Media Cermin Manajemen Redaksi IV. CATATAN HARIAN - Dari Titik Nol 8. Muntako BM, Jual Kursi untuk Selamatkan SIUPP Sumatera Express 9. Fotografer Gaek H Dulmukti Jaya, Tak

H Ismail Djalili

Suasana pemakaman tokoh pers Sumsel, Drs H Ismail Djalili di TPU Puncak Sekuning, Minggu sore. (Foto: Facebook arif ardiansyah) Tokoh Pers Sumsel Meninggal Palembang, Berita duka menyelimuti dunia pers di Sumsel. Seorang tokoh pers di Sumsel, Drs H Ismail Djalili, menghembuskan nafas terakhirnya Minggu (6/2/2011) sekitar pukul 07.30 di RS RK Charitas Palembang.. Masyarakat Sumatera Selatan, utamanya insan jurnalis sangat kehilangan sosok Ismail yang dikenal sebagai pekerja keras, disiplin dan tegas. Selama hidupnya, almarhum telah mengabdikan dirinya di dunia pers. Beliau sempat memimpin PWI Sumsel. Dan mendirikan lembaga pendidikan yang kini mengelola Program Pasca Sarjana. Pendidikan S-1 dan SLTA di Sekip Ujung Palembang. Lembaga yang didirikannya itu adalah STISIPOL Candaradimuka. Ia meninggalkan seorang istri, Lien Suharlina, dua anak, Lis Hapari dan Lisdestriani Rahmani. Serta empat orang cucu, Aidri, Rere, Utiyah Nurahmadani, dan Isnin Nurulfallah. Jenazah pendiri Stisipol Cha