PT BA Ikut Cerdaskan Bangsa melalui Pelatihan Jurnalistik
Kamis, 12 Juli 2012 00:15 WIB
Laporan Wartawan Tribun Sumsel, Kharisma
TRIBUNSUMSEL.COM, MUARAENIM - Pertanyaan banyak mengalir dari peserta pelatihan jurnalistik bagi insan pers dan pemuda-pemudi kabupaten Muaraenim yang diselenggarakan PT Bukit Asam (BA), diantaranya adalah Suhaimi Dahalik dari LSM Tegar Muara Enim.
"Profesi wartawan ini kadang dibenci tapi juga dicari, kalau mengkritik kadang dihindari tapi bila beritanya bagus dicari jadi bagaimana caranya agar profesi ini bisa bertahan dari hal yang semacam itu," ujarnya, Rabu (11/7) di Gedung GSG lantai empat PT BA .
Lain lagi pertanyaan dari Mariyanto yang menanyakan ulah wartawan yang sering memeras nara sumber demi mendapatkan uang.
"Bagaimana pak jika ada wartawan yang sering meminta uang kepada narasumber," ucapnya.
Semua peserta nampak antusias mengikuti pelatihan jurnalistik ini. Pelatihan yang diselenggarakan PT BA bekerjasama dengan Institut jurnalistik palembang ini bertujuan selain mengenalkan jurnalistik kepada masyarakat juga sebagai upaya PT BA untuk mencerdaskan bangsa.
"Jika ada tulisan PT BA mencerdaskan bangsa, maka inilah salah satu sumbangsih PT BA dalam upaya membuat masyarakat lebih cerdas," ungkap Senior Manager PT BA Muhammad Hatta.
Muhammad Hatta juga menambahkan jika ingin meningkatkan kapabilitas agar lebih profesional dan berdaya saing harus dibekali dgn pengetahuan dan dengan pelatihan ini maka praktis pengetahuan akan bertambah apalagi dengan banyaknya media sekarang ini bisa merupakan kesempatan bagi mereka yang ingin masuk di bidang jurnalistik ini.
Pelatihan yang diikuti oleh 58 peserta dari kabupaten Muaraenim yang terdiri dari pemuda-pemudi juga LSM dan berbagai latar belakang ini akan berlangsung selama dua hari dari 11 sampai 12 Juli ini akan membahas materi antara lain dasar Jurnalistik dan fotografi, teknik mencari dan menulis berita, kode etik dan pembuatan blog.
Pemateri antara lain adalah Maspriel Aries wartawan Republika, Mushaful Imam, Aina Rumiyati Aziz, Bangun P Lubis, Erie Khalif Mukti dan Muhammad Nasir.
Pada hari pertama, Maspriel Aries menekankan bahwa jadi wartawan bukan cuma modal kartu pers lalu datang meliput tapi harus juga punya kode etik.
"Wartawan harus punya kode etik, juga harus cermat dalam pemberitaan, harus ada cek dan ricek, balance dan akurasi sehingga tidak salah dalam pemberitaan dan berujung pada kejadian yang tidak mengenakkan," tegasnya
Editor : tribunsumsel
Share on Facebook
LINTAS SEJARAH SINAR HARAPAN Sinar Harapan terbit perdana pada tanggal 27 April 1961. Tokoh – tokoh yang terlibat dalam upaya pendirian Sinar Harapan adalah : Dr. Komang Makes; Lengkong; Ds. Roesman Moeljodwiatmoko; Simon Toreh; Prof. Dr. Soedarmo; J.B. Andries; Dr. J. Leimena; Supardi; Ds. Soesilo; Ds. Saroempaet; Soehardhi; Ds.S. Marantika; Darius Marpaung; Prof. Ds. J.L.Ch. Abineno; J.C.T. Simorangkir SH; Ds. W.J. Rumambi; H.G. Rorimpandey; Sahelangi; A.R.S.D. Ratulangi; Dra. Ny. B. Simorangkir Pada awal pendirian, H.G. Rorimpandey dipercaya sebagai Pemimpin Umum, sedangkan Ketua Dewan Direksi adalah J.C.T Simorangkir dan Pelaksana Harian adalah Soehardhi. Pada awalnya (27 April 1961), oplah Sinar Harapan hanya sekitar 7.500 eksemplar. Namun pada akhir tahun 1961, oplahnya melonjak menjadi 25.000 eksemplar. Seiring dengan perkembangan waktu, Sinar Harapan terus berkembang menjadi koran nasional terkemuka serta dikenal sebagai “raja koran sore”. Sebagai ilustrasi, pada tahu
Komentar